Penelitian Keturunan Hamba Tuhan dan Ateis


Beberapa tahun yang lalu, sebuah tim sosiolog dari negara bagian New York, AS, berupaya menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh kehidupan seorang ayah terhadap anak-anaknya maupun generasi penerusnya

Dalam kajian itu, mereka menyelidiki riwayat dua orang pria yang hidup dalam kurun waktu yang bersamaan di abad ke-18.

Satu orang bernama Max Jukes adalah seorang ateis  dan yang lain Jonathan Edwards seorang hamba Tuhan.

Cerita ini sungguh-sungguh terjadi yakni kisah nyata, karna kisah ini adalah hasil penelitian dari seorang sarjana bernama Benjamin B. Warfield dari Princeton, Amerika Serikat.

Keturunan yang ditinggalkan oleh masing-masing pria tersebut menjadi bahan

perbandingan yang kontras; mereka begitu berbeda, bagaikan bumi dan langit.

 




Max Jukes adalah seorang pemabuk. Gara-gara ia suka mabuk, ia tidak pernah memiliki pekerjaan yang tetap. Kebiasaan mabuk ini juga membuatnya tidak memperhatikan istri dan anak-anaknya. Hanya sedikit sekali waktu yang ia luangkan untuk mengasihi dan mendidik anak-anaknya.

Max Jukes bukanlah orang beriman, tidak percaya adanya Tuhan dan ia adalah orang yang tidak mempunyai prinsip dalam hidupnya. Istrinya juga tidak pernah menjadi orang beriman sampai saat wafatnya. Apa pengaruh abadi yang Max Jukes tinggalkan bagi keluarganya? Inilah gambaran yang diperoleh mengenai 1.200 orang keturunan Max Jukes:

  • 440 orang hidup dalam pesta pora dengan moral yang rusak
  • 310 orang menjadi gelandangan dan pengemis
  • 190 orang menjadi pelacur
  • 100 orang menjadi pecandu minuman keras
  • 60 orang menjadi pencuri
  • 55 orang menjadi korban pelecehan seks
  • 7 orang menjadi pembunuh

Hasil penyelidikan membuktikan bahwa tidak satupun keturunan Max Jukes yang memberi kontribusi yang berarti bagi masyarakat. Bayangkan, tidak satupun!

Sebaliknya, keluarga yang terkenal karena keburukannya ini secara total telah merugikan negara bagian New York sebesar 1.200.000 dolar AS. Sama sekali tidak ada warisan baik yang ditinggalkan.




Bagaimana dengan keluarga Jonathan Edwards?

Dia hidup pada masa yang sama dengan Max Jukes Ia mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya, ia hidup takut akan Tuhan. Pengkhotbah Kebangunan Rohani terkenal abad 18, pendeta Jonathan Edwards (1703-1758)

Jonathan Edwards dikenal sebagai salah satu pemikir yang paling cemerlang di Amerika. Ia adalah gembala jemaat yang terpandang dan teolog yang cerdas. Sarjana yang terkenal ini adalah salah satu hamba Tuhan yang dipakai Allah untuk gerakan Kebangunan Rohani Besar di Amerika saat itu. Jonathan menjabat sebagai Rektor di Princeton College.

Jonathan Edwards berasal dari keluarga yang taat. Ia menikah dengan Sarah, seorang wanita yang sangat setia kepada Tuhan. Mereka berdua selalu berusaha meninggalkan warisan yang baik kepada anak-anaknya. Inilah keturunan mereka yang terungkap melalui penelitian tadi:

  • 300 orang menjadi pendeta, misionaris atau guru besar di bidang teologi
  • 120 orang menjadi guru dan dosen
  • 110 orang menjadi pengacara
  • Lebih dari 60 orang menjadi dokter
  • Lebih dari 60 orang menjadi penulis buku berkualitas
  • 30 orang menjadi hakim
  • 14 orang menjadi rektor universitas
  • Banyak yang menjadi pemilik pabrik di Amerika
  • 3 orang menjadi anggota kongres Amerika
  • 1 orang menjadi wakil presiden Amerika Serikat , yaitu Aaron Burr.
Semasa hidupnya, Jonathan Edward mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya dengan tegas dan disiplin. Ia dan istrinya juga menjadi teladan yang hidup bagi anak-anaknya. Dan Tuhan pun menggenapi janji-Nya tentang keturunan orang benar akan dipelihara Tuhan.

Raja Daud menulis Mazmur 112 bahwa keturunan orang benar, akan mengalami janji berkat Tuhan yang luar biasa. 

Inilah pengaruh abadi yang dihadirkan oleh seorang pria yang taat akan Tuhan bagi keluarga dan keturunannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar